DERITA yang dialami Harshavina Adhwa Faradisa alias Fara (6) sungguh menyesakkan. Bagaimana tidak, diusia belia, dia harus berjuang melawan penyakit penyakit kanker.
Putri sulung pasangan Hartanto (33) dan Harni (32), warga Dukuh Tegalsari Rt 13 Rt 02, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo ini didiagnosa dokter mengidap Wilm’s Tumor stadium 3 atau kanker nephroblastoma. Yaitu, salah satu jenis kanker ginjal langka yang hanya menyerang anak-anak.
Namun demikian, bocah cantik ini senantiasa tersenyum. Dia pun terpaksa tidak bisa melanjutkan sekolah di TK setempat. Hari- harinya hanya tergolek di tempat tidur setelah ginjalnya diangkat dan mengalami penyempitan pembuluh di hati.
Sang ibu, mengaku tidak menyangka bahwa anaknya mengidap penyakit langka, apalagi harus kehilangan satu ginjal. Namun ia tahu bahwa pengangkatan ginjal dibutuhkan untuk mengobati anaknya.
Baca : Sudimin Minta Waduk Cengklik Segera Dikeruk
Baca : Monitoring Siswa, Guru SMAN 2 Boyolali Tempuh Jarak 40 km
Diungkapkan, penyakit yang menimpa putrinya berawal 9 bulan lalu. Fara terjatuh di teras rumah tetangga dan anehnya perutnya kembung dan keras. Dikira masuk angin atau sulit buang air besar (BAB).
“Jadinya diurut saja. Tapi sudah 2 minggu tidak berubah, akhirnya kami bawa ke RSUD Boyolali,” tutur Harni saat ditemui di rumahnya yang masih berlantai semen kasar. Melalui pemeriksaan CT Scan, USG dan rontgen, tim dokter berupaya menguak penyakit yang diderita Fara. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tumor di ginjal atau Wilm’s Tumor. “Setelah positif Wilm’s Tumor kami dirujuk ke RS Moewardi solo. Di sana dikonfirmasi bahwa memang ginjalnya harus diangkat.”
Alami gizi buruk
Sebelum ginjalnya diangkat, menurut Harni, sempat dilakukan embolisasi atau prosedur non bedah. Sayang tidak berhasil karena pembuluh darah yang menuju tumornya sudah terhimpit. Akhirnya, kemoterapi jadi satu-satunya pilihan untuk mengurangi resiko perdarahan pada saat pengangkatan ginjal.
“Namun setelah kemoterapi, rambut kepala jadi gundul dan mengalami pembengkaan hati.”
Selain itu penyakit ini menyebabkan berat badan Fara menurun drastis hingga masuk ke dalam kategori gizi buruk. Ia mengungkapkan, jika camat setempat Insan Adi Asmono sempat menjenguk anaknya.
“Kami berharap putrid kami ini bisa sembuh dan berkembang seperti anak lainnya.”
Sayangnya, untuk operasi membutuhkan biaya sangat besar. Tanpa menyebut besaran biaya operasi, dia pesimis penghasilan suami atau ayah Fara sebagai karyawan swasta bisa menutupnya.
Butuh biaya
“Kalau harus operasi dan membayar semua, kami tentu tidak memiliki dana yang cukup. Penghasilan ayahnya hanya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari.”
Camat Cepogo Insan Adi Asmono mengakui, saat ini Fara membutuhkan uluran tangan dan sumbangsih masyarakat untuk biaya pengobatannya. Dana yang terkumpul akan digunakan untuk melanjutkan proses kemoterapi di RS Moewardi Solo, serta terapi di RS Karyadi Semarang.
Selain itu juga butuh biaya untuk membeli susu untuk menaikkan berat badan Fara. Sekaligus membelikan susu untuk adik Fara yang baru berumur 5 bulan. “Adik Fara terpaksa minum susu formula karena ibunya harus menemani Fara selama pengobatan.” (Joko Murdowo)
Baca : Dukuh Ngepreh Dibal Bakal Dibangun RTH Senilai Ratusan Juta Rupiah