bem-politik-identitas
TUKAR KAOS: Sebagai simbol ajakan pada masyarakat untuk menanggalkan politik identitas dan kembali bersatu, mahasiswa melakukan tukar menukar kaus dari yang nomor paslon 01 dan 02 menjadi bertuliskan #03 Persatuan Indonesia. (newsreal.id/Evie Kusnindya)
SOLO newsreal.id-Para mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Solo Raya melakukan hal unik sebagai simbol ajakan pada masyarakat untuk memantik persatuan pascapemilu 17 April. Mereka menggelar tukar menukar kaus, dari yang semula bertuliskan nomor 01 dan 02 menjadi kaus bertuliskan #03 persatuan Indonesia.
Hal itu mereka lakukan dalam kegiatan Rapat Umum Mahasiswa Solo Raya bertema ‘’Meneguhkan Semangat Persatuan Bangsa Demi Merawat Keutuhan Indonesia.’’ Yang digelar di salah satu rumah makan, Senin (20/5) sore.
 
Ketua Gerakan Mahasiswa Kawal Persatuan  Ismail Syarifuddin mengemukakan, secara filosofis mahasiswa ingin mengajak masyarakat yang awalnya terpolarisasi menjadi pendukung pasangan calon tertentu untuk menanggalkan identitas mereka dan kembali bersatu.
 
‘’Kendati pemilu telah usai, ketegangan masih sangat terasa di masyarakat karena identitas politik masih mereka sandang. Karena itu kami dari mahasiswa ingin menggelorakan kembali persatuan di dalam masyarakat melalui berbagai kegiatan. Kami juga mengajak masyarakat menanggalkan identitas politik dan bersatu menjadi rakyat Indonesia,’’ kata Ismail.
 
 
Selain itu,para mahasiswa mendatangi puluhan tokoh masyarakat di Solo dan sekitarnya untuk mengajak mereka bersama sama menggelorakan kembali upaya rekonsiliasi dan persatuan masyarakat pascapemilu. Para tokoh masyarakat  tersebut datang dari berbagai kalangan mulai dari  ulama, budayawan, tokoh agama, panutan masyarakat, pimpinan lembaga masyarakat, pimpinan adat dan lainnya.
 
‘’Kami melibatkan para tokoh masyarakat di Solo dari berbagai kalangan karena mereka lebih dianut  oleh masyarakat sehingga ajakan ataupun imbauan mereka lebih didengar daripada kami para mahasiswa yang mungkin dinilai bukan siapa-siapa,’’ katanya.
 
Selain melibatkan tokoh masyarakat, mahasiswa  mengkampanyekan semangat persatuan ke masyarakat melalui media sosial dari masing masing anggota. Dikemukakan, para tokoh yang mereka datangi dan diajak mayoritas menyambut baik ajakan para mahasiswa.
 
 
Kegiatan yang dilakukan mahasiswa tersebut menurut Ismail dilakukan mahasiswa untuk menyikapi situasi pascapilpres yang dalam pandangan mahasiswa ada keretakan. Hal itu sebagai langkah konkret mahasiswa untuk menjadi pelopor persatuan bangsa.Selain itu juga langkah mahasiswa mengupayakan menghentikan upaya provokatif yang menjadi ancaman persatuan bangsa.
 
Dikemukakan, Pemilu yang berlangsung di era post truth sehingga politik identitas terus digelorakan di media sosial dan menjadi titik picu munculnya ujaran kebencian.(Evie Kusnindya)

Tinggalkan Pesan