* Puncak Kemarau Dipridiksi Agustus
KLATEN,newsreal.id – Wilayah krisis air bersih meluas ke perbatasan sisi timur Kabupaten Klaten dengan Kabupaten Sukoharjo dan selatan dengan Kabupaten Gunung Kidul. Warga mulai mengajukan bantuan menyusul sulitnya air bersih.
Kepala Desa Tumpukan, Kecamatan Karangdowo, Suyamto mengatakan desanya berada di ujung timur Kabupaten Klaten berbatasan dengan Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Berada di tepi aliran Sungai Bengawan Solo sehingga saat air sungai kering, sumur ikut kering.
” Ada tiga RW yang mulai kesulitan air,” jelasnya, Selasa (25/6).
Menurutnya, sejak sepekan pemerintah desa sudah mengajukan bantuan air bersih ke Pemkab Klaten melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Oleh BPBD sudah dikirimkan dua kali bantuan guna kegiatan bersih desa dan beberapa warga yang mengadakan hajatan.
Baca : Butuh Anggaran Rp 15 Miliar Atasi Kekeringan di Wonogiri
Baca : Pelajaran dari Kebakaran Perusahaan Pabrik Mancis Binjai
Warga hanya bisa mengandalkan bantuan sebab desanya tidak ada saluran pipa air PDAM atau sumber lain. Sumber air prorgam Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) juga belum ada. Program itu sudah mengecek empat titik untuk menemukan potensi mata air tetapi sampai pekan lalu belum ada titik potensial.
Tim Pamsimas terus melakukan pencarian titik sehingga satu-satunya pasokan air hanya dari BPBD. Bagi warga yang mampu bisa saja membeli tetapi tidak semua rumah di tiga dusun mampu membeli air. Selain di Desanya, saat kemarau desa sekitar yaitu Desa Sidomulyo pun bernasib sama.
Baca :Ada Nuansa Sosial di HUT Bhayangkara Wonogiri
Baca : Sampah Liar Merajalela, Produksi Sampah Klaten Naik 20 Persen
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Pemkab Klaten, Sri Yuwana Haris mengatakan selain ke Desa Tumpukan di sisi timur, pengiriman bantuan dilakukan ke perbatasan selatan di Desa Ngarengan, Kecamatan Bayat.
Di Desa Tumpukan sampai tanggal 25 Juni sudah enam tangki berkapasitas 5.000 liter per tangki dikirim. Sedangkan ke Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat baru dua tangki. ” Total jumlah air yang sudah dikirim ada 68 tangki,” ungkapnya.
Sebelum ke dua desa itu, pengiriman air telah dilaksanakan di wilayah lereng Gunung Merapi. Meliputi 30 tangki ke tiga desa di Kecamatan Kemalang dan 30 tangki ke tiga desa di Kecamatan Jatinom. Pengiriman air sendiri sudah mulai dilakukan setelah status siaga darurat kekeringan tahun 2019 ditetapkan per tanggal 20 Mei lalu.
Baca : Bencana Selama Mei Wonogiri Didominasi Kebakaran
SK Bupati berlaku mulai 20 Mei sampai pekan ke IV bulan Oktober 2019. Pengiriman air bersih dialokasikan di APBD 2019 Rp 200 juta untuk 800 tangki. Apabila habis, BPBD akan menggunakan potensi dana siap pakai (DSP) Rp 539 juta. Panjang musim kemarau tahun ini lebih lama dari tahun lalu dan puncaknya diperkirakan bulan Agustus. Jenarto, warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang pasokan air utama warga dari mata air Bebeng di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta mulai menyusut sejak awal bulan. Warga mulai membeli dengan harga Rp 200.000-Rp 250.000 per tangki swasta. (Achmad H)