rotasi-guru
FOTO ILUSTRASI

KARANGANYAR,newsreal.id – Karena kasihan kepada guru, rotasi guru di Karanganyar belum berjalan, atau berjalan kurang maksimal untuk memeratakan kualitas sekolah agar satu sekolah dengan yang lain sama, karena keberadaan guru yang berkualitas.

‘’Harus diakui kalau masalah itu masih terkendala jika dilaksanakan optimal di Karanganyar. Sebab kami harus juga mempertimbangkan guru yang akan kita rotasi, sebab berbagai hal. Terutama kalau harus menempuh perjalanan jauh ke sekolah. Sebab jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan lain berjauhan,’’ kata Tarsa, Kadia Pendidikan dan Kebudayaan, Senin.

Dia membandingkan dengan Kota Surakarta yang hanya lima kecamatan, sehingga jarak satu dengan lainnya tidak terasa. Ibaratnya guru di sekolahan di Serengan harus ditempuh dari rumahnya di Nusukan atau Kadipiro belum menjadi masalah. Sehingga rotasi dengan mudah dilakukan untuk memeratakan kualitas sekolah.

Bandingkan dengan Karanganyar, yang harus diakui guru terkonsentrasi di Jaten dan Karanganyar kota saja rumahnya. Sehingga kalau dirotasi, sedangkan rumahnya di Jaten, namun harus mengajar di Jatiyoso dan dia tidak bisa naik sepeda motor, tentu menjadi masalah.

Jangankan begitu, ketika akan menempatkan guru di SMP Jenawi, atau SMP 4 Jatiyoso yang ada di perbatasan Jatiyoso dengan Wonogiri dan Ponorogo, itupun harus mikir dua atau tiga kali. Sebab kasihan kalau rumahnya tidak di sekitar sekolah tersebut.

‘’Karena itu kebijakan Bupati Juliyatmono sekarang mendekatkan guru ke sekolahan di dekat rumahnya, terutama jika yang bersangkutan akan pensiun, sudah bagus, meski itu dari sisi pemerataan tidak pas,’’ kata Tarsa.

Untuk sementara biarlah urusan rotasi menjadi urusan Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan SDM atas perintah Bupati, bukan diurus oleh Dinas Dikbud. Dinas Dikbud hanya sebagai pengguna saja.

Begitupun untuk urusan pemerataan kualitas sekolah, sementara waktu biar berjalan dengan alami, dengan memotivasi guru itu sendiri. Sebab jika guru tidak berkualitas, maka jangan terlalu berharap sekolah itu akan bagus. Itupun masih bergantung dengan motivasi siswa untuk maju.

Tarsa mengatakan di satu sisi dia setuju dengan sistem zonasi yang diterapkan saat ini, namun di sisi lain memang harus diakui soal sarana dan prasarana yang memang belum merata, sehingga kualitas sekolah masih belum berimbang antara satu dengan yang lain.

Selain itu dampak buruk dari sistem zonasi ini adalah hilangnya motivasi siswa untuk maju. Sering dijumpai kasus siswa yang sudah tidak memiliki motivasi untuk maju karena dia sudah merasa sekolah pasti diterima karena rumahnya yang dekat dengan sekolah.

‘’Sekarang harus diakui motivasi siswa sangat memprihatinkan. Kenaikan kelas sudah bukan menjadi motivasi lagi, karena sudah pasti lulus, naik kelas. Ujian nasional hanya untuk bahan komparasi saja, bukan penentu, sehingga tidak perlu belajar keras, guru akan bertindak keras takut HAM, hormat siswa kepada guru tidak seperti murid zaman dulu, sehingga semuanya harus dibenahi,’’ kata dia.

Rotasi guru bukan satu-satunya masalah untuk meningkatkan kualitas sekolah. Masalah yang lain harus dibenahi, terutama motivasi siswa dan juga guru. Sehingga pembenahan harus dari segala sektor untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas.(*)

Tinggalkan Pesan