SOLO,newsreal.id- Dikalangan muda milineal mulai membahas berbagai problematika di kota Solo untuk kini dan masa mendatang. Nah untuk membedah berbagai pemikiran tersebut diadakan berbagai diskusi. Setelah digelar di Omah Sinten beberapa waktu berlanjut di Warung Cendana Wangi, Pasar Gedhe, Jumat (6/9) malam.
Diskusi yang menghadirkan para cerdik cendikiawan muda visioner dengan tema Menggagas visi, solusi dan imajinatif.
Gagasan membahas berbagai problematika mencuat seperti masalah kemiskinan, pengangguran, kepadatan penduduk, kemacetan, hingga ketergantungan anggaran kepada pusat.
Meski pembangunan fisik dan investasi di Kota Solo beberapa tahun terakhir dirasa belum cukup untuk menjawab tantangan masa depan. Sebagai daerah yang luasannya sangat kecil dan tak punya potensi sumber daya alam, Solo butuh sosok pemimpin visioner dan berani berpikir out of the box.
Gencarnya pembangunan fisik dan investasi di Kota Solo beberapa tahun terakhir dirasa belum mampu menjawab tantangan masa depan. Sebagai daerah yang luasannya sangat kecil dan tak punya potensi sumber daya alam.
Nah untuk itu, Solo butuh sosok pemimpin visioner dan berani berpikir out of the box.
Diskusi menghadirkan sejumlah pemikir dan aktivis muda sebagai pembicara diantaranya, Rektor Universitas Surakarta (Unsa), Arya Surendra; profesional muda, Respati Ardi; pengusaha muda, M. Syamsul Hadi; pegiat sosial, Diah Warih Anjari sebagai pengusaha sukses di Jakarta, legislator muda DPRD Solo, Antonius Yogo Prabowo dan Ginda Ferachtriawan.
Dalam menyampaikan pemikirannya, Arya Surendra menilai saat ini Solo mempunyai banyak masalah yang belum terselesaikan. Program yang dijalankan untuk menyelesaikan masalah baru sebatas tambal sulam.
Sayangnya pendekatan solusi tersebut terkadang justru melahirkan persoalan baru bagi masyarakat. Contohnya pembangunan overpass (jalan layang) Manahan untuk mengatasi kemacetan yang justru memicu masalah baru aksesibilitas pesepeda.
Garap Ekonomi Kreatif
Ke depan mestinya pembangunan di Solo sudah melalui perencanaan yang matang dalam kerangka grand design pembangunan yang bagus.
“Di era kedepan, saya berharap Solo jadi kota ramah teknologi. Teknolongi untuk perbaiki kehidupan,” urai dia.
Adapun Diah Warih Anjari menilai pembangunan Solo beberapa tahun terakhir sudah baik. Namun ke depan dia menilai Kota Bengawan bisa dibawa menjadi lebih baik. Salah satunya dengan mengembangkan ekonomi kreatif serta menarik para investor.
“Arahnya untuk mewujudkan Solo yang lebih nyaman bagi semua lapisan masyarakat, baik pejalan kaki, pesepeda, dan masyarakat umum. Pembangunan harus diarahkan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan kesejahteraan,” terang owner kontraktor CV Diwa itu.
Aspek kemandirian kota menurutnya, uga perlu terus didorong. Salah satunya dengan optimalisasi badan-badan usaha milik daerah (BUMD). Para pengusaha (investor) harus ikut dilibatkan mewujudkan Solo yang sejahtera. ”Dengan pengalaman saya sebagai pengusaha di pusat, saya yakin bisa menarik investor untuk mengembangkan usahanya di Solo,” terangnya. (Sri Hartanto)