desa-beku-sejarah-mataram-islam
BALAI DESA: Balai Desa Beku, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten berdiri di tepi jalan raya dekat dengan bekas PG Karanganom. (newsreal.id/Achmad H)


*Jejak Mataram Islam di Desa Beku (2-)

DESA Beku, Kecamatan Karanganom menjadi saksi sejarah kemajuan pemerintahan Keraton Kasunanan Surakarta di masa Paku Buwana X bertahta (1893 – 1939). Dibangunya gapura (kerun) jogokaryan di ujung desa oleh PB X menjadi penanda posisi penting desa itu secara administratif, militer dan historis.

Namun jauh sebelum Sinuhun PB X mendirikan gapura, Desa Beku ternyata menyimpan sejarah panjang Wangsa Mataram Islam. Nama besar Mbah Beku, sebagai tokoh yang dianggap cikal bakal desa tersebut diduga kuat adalah R.Ay Pancadiwirya.

Sosok satu ini adalah cucu Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I atau Pangeran Samber Nyawa (1725-1795). R. Ay Pancadiwirya diperkirakan hidup di desa tersebut pada tahun 1775-1800 mendampingi suaminya sebagai Demang. Kademangan Beku merupakan wilayah administrasi setelah perjanjian Salatiga 17 Maret 1757.

Bukti sosok Mbah Beku bukan tokoh rekaan dikuatkan dengan ahli waris yang masih bermukim di desa Beku dan sekitar. Salah satu alur keturunannya adalah keluarga R Ay Surareja atau dikenal sebagai Mbah Den di Dusun Mutihan, tak jauh dari Desa Beku. Ketua Paguyuban Trah Surarejan Kabupaten Klaten, R Abdul Karim mengatakan R. Ay Pancadiwirya adalah cucu Pangeran Samber Nyawa atau KGPAA I yang lahir dari BR. Ay Tumenggung Suryanagara Nem istri dari Bupati Kadowang.

Menurut cerita leluhurnya, R. Ay Pancadiwirya muda bisa berada di Desa Beku karena dijodohkan dengan seorang pemuda ” sakti ” bernama Pancadigdaya. ” Pemuda itu berjasa membendung sungai di utara Desa Beku untuk dialirkan naik ke desa sekitar,” katanya, Sabtu (14/9). Selain dinikahkan dengan cucu KGPAA Mangkunegara I, pemuda dari tetangga desa itu diberi jabatan sebagai Demang Beku.

Bukti Otentik

Setelah wafat, menurut Abdul Karim, dua leluhurnya itu dimakamkan di makam tepi sungai dengan cungkup berkuran besar. Keberadaan keturunan KGPAA itu diperkuat dengan surat keterangan asal usul yang dimiliki keluarganya. Surat yang dikeluarkan oleh Wedana Satriya Mangkunegaran, diketahui Kasunanan Surakarta dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu bertahun 1940.

Isi surat itu menjelaskan silsilah dari KGPAA Mangkunegara I, BRAy Tumenggung Suryanagara, R. Ay Pancadiwirya, R. Ay Suradriya, sampai R.Ay Surareja secara berurutan. Nama Desa Beku ditulis jelas dalam surat asal usul itu.

Diakuinya, di Desa Beku tidak hanya ada satu nama yang menggunakan nama Panca. Sebab keturunan selanjutnya dari R.Ay Pancadiwirya ada yang menggunakan nama depan Panca. Berdasarkan penelusuran di perpustakaan Pura Mengkunegaran, nama Desa Beku, Karanganom disebut tegas dalam serat pratelan darah dalem KGPAA Mangkunegara I.

Dalam data keturunan yang dibukukan tahun 1973 itu disebutkan R.Ay Pancadiwirya merupakan cucu KGPAA Mengkunegara I dari istri Nyai Ajeng Megatsari.

desa-bau-jejak-kerajaan-mataram-islam
BUKTI OTENTIK: Surat asal-usul milik keluarga R Ay Pancadiwirya merupakan bukti otentik sejarah Desa Beku, Kecamatan Karanganom (newsreal.id/Achmad H)

Sesepuh Desa Beku yang juga Kaur Pemerintahan Desa Beku, Farkhan mengatakan hal senada. Gapura PB X dan sosok Mbah Beku memang menjadi cerita yang lekat dengan sejarah desa. ” Gapura desa PB X itu dulu merupakan tempat parkir kereta kerajaan saat mengambil pusaka di dekat sungai,” ungkapnya.

Namun soal sosok Mbah Beku, dirinya tidak banyak tahu sebab selama ini tidak ada satupun warga dan sesepuh desa yang mengetahui jati dirinya. Nama tokoh dengan sebutan Panca yang diketahui warga hanya satu, yaitu pemilik kebun yang menjadi lokasi pusaka keraton ditemukan.

Cerita yang diketahui warga selama ini sangat minim sehingga membuat sejarah desa menjadi misteri. Desanya memiliki kaitan erat dengan sejarah keraton tetapi tidak mengetahui pastinya. (Achmad H)

 

Tinggalkan Pesan