TERBAKAR: Para petugas penyelamat bekerja di bagian ekor pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan, Korsel, Minggu (29/12). (Dok: AFP)
  • Terburuk dalam Tiga Dekade

MUAN- Kementerian Perhubungan Korea Selatan menyebutkan bahwa kecelakaan yang menimpa maskapai Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korsel, Minggu (29/12) menjadi yang terburuk selama hampir tiga dekade terakhir.

Data dari kementerian tersebut juga menyebutkan bahwa kecelakaan pesawat bermesin ganda jenis Boeing 737-800 produksi 2009 itu menjadi yang paling mematikan. Terakhir kali kecelakaan maskapai penerbangan Korsel terburuk dialami oleh maskapai penerbangan Korean Air di Guam pada 1997 yang menewaskan lebih dari 200 orang. Sementara kecelakaan udara terburuk di wilayah Korea Selatan sendiri dialami maskapai Air China, menyebabkan 129 orang meninggal.

Pihak berwenang melaporkan bahwa 179 orang dipastikan tewas dan dua orang diselamatkan setelah maskapai Jeju Air yang membawa total 181 orang mendarat darurat dan meledak. Dilansir dari Yonhap, pesawat itu meluncur di tanah tanpa roda pendaratan terpasang, menabrak dinding beton sebelum terbakar dengan ledakan yang memekakkan telinga.

“Setelah pesawat menabrak tembok, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata Kepala pemadam kebakaran Muan Lee Jung-hyun. “Pesawat itu hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas. Kami sedang dalam proses pemulihan jenazah, yang akan memakan waktu,” imbuhnya.

Pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air tersebut bertolak dari Bangkok, Thailand pada pukul 01.30 dini hari dan dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 8.30 pagi. Sebagian besar penumpang merupakan warga Korea Selatan, kecuali dua warga negara Thailand. Dari total 175 penumpang, 82 orang di antaranya adalah pria dan 93 orang merupakan wanita, dengan rentang usia mulai dari tiga tahun hingga 78 tahun. Banyak di antara para penumpang yang berusia 40-an, 50-an, dan 60-an.

Pesawat mengalami kecelakaan saat melakukan pendaratan di Bandara Internasional Muan. Otoritas berwenang meyakini kegagalan roda pendaratan, yang mungkin disebabkan oleh tabrakan dengan burung, dapat menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Mereka memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya. Lee menjelaskan bahwa pihak berwenang telah beralih dari operasi penyelamatan ke operasi pemulihan.

Permohonan Maaf

CEO Jeju Air Kim E-bae menyampaikan permintaan maaf dan menyampaikan rasa belasungkawa kepada anggota keluarga yang kehilangan orang yang dicintai. Pihaknya berjanji untuk memberikan semua dukungan yang diperlukan kepada keluarga korban. “Apa pun penyebabnya, saya bertanggung jawab penuh sebagai CEO,” kata Kim dalam keterangan persnya, Minggu (29/12).

Selain Kim, Penjabat Presiden Choi Sang-mok mendeklarasikan daerah Muan sebagai zona bencana khusus saat mengunjungi lokasi kecelakaan. Choi juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang ditinggalkan, dan berjanji akan memberikan mereka semua bantuan pemerintah yang memungkinkan.

Beberapa jam setelah kecelakaan, anggota keluarga korban berkumpul di area kedatangan bandara. Beberapa menangis dan berpelukan saat relawan Palang Merah membagikan selimut.

Keluarga berteriak dan menangis keras saat seorang petugas medis mengumumkan nama 22 korban yang sudah diidentifikasi berdasarkan sidik jari mereka.

Sejumlah kertas diedarkan agar keluarga menuliskan rincian kontak mereka. Kendaraan jenazah berbaris di luar untuk membawa jenazah, dan pihak berwenang mengatakan kamar mayat sementara telah didirikan di Bandara Muan. (Ant,tb)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini