KTT BRICS PLUS: Menteri Luar Negeri Indonesia Sugiono foto bersama pemimpin negara anggota BRICS dalam pertemuan KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia (24/10). (Dok: Kemenlu)

JAKARTA- Pemerintah Brasil mengumumkan dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/1) bahwa Indonesia telah secara resmi menjadi anggota penuh BRICS. Brasil, yang memegang jabatan presiden blok tersebut pada 2025 mengatakan, negara-negara anggota lain sudah menyetujui masuknya Indonesia secara konsensus sebagai bagian dari dorongan perluasan saat pertemuan puncak BRICS pada 2023 di Johannesburg.

Brasil menjelaskan Indonesia mendapat lampu hijau dari blok pada 2023 tetapi diminta bergabung setelah pemilihan presiden yang diadakan tahun lalu. Prabowo Subianto mulai menjabat presiden menggantikan Joko Widodo pada Oktober 2024.

“Indonesia berbagi dengan anggota kelompok lainnya mendukung untuk reformasi lembaga tata kelola global, dan berkontribusi positif terhadap pendalaman kerja sama di Global South,” kata pemerintah Brasil seperti diberitakan Reuters.

BRICS sudah berdiri sejak 2009 oleh empat negara pendirinya yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok. Afrika Selatan masuk menjadi anggota setelah itu kemudian pada tahun lalu blok ini juga mencakup Mesir, Ethiopia, Iran dan Uni Emirat Arab.

Brasil selama masa memimpin BRICS memiliki misi meningkatkan kerja sama antara negara-negara “Dunia Selatan” dan mereformasi lembaga multilateral. Salah satu tujuannya, menurut pemerintahan yang dipimpin Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva, adalah ‘pengembangan alat pembayaran’ untuk memfasilitasi perdagangan antarnegara anggota.

Selama pertemuan puncak BRICS terakhir di Kazan, Rusia pada November 2024, negara-negara anggota membahas peningkatan transaksi nondolar dan penguatan mata uang lokal. Hal ini memicu kemarahan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump yang mengancam anggota BRICS dengan “tarif 100 persen” jika mereka melemahkan dolar AS.

Keuntungan Bergabung

Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menganggap keanggotaan BRICS bisa menjadikan Indonesia lebih mendekatkan diri dengan negara-negara di Kawasan selatan atau yang biasa dikenal Global South.

Menurut Yon, Indonesia juga akan lebih punya daya tawar di mata dunia. Negara-negara barat kerap mengesampingkan negara dengan ekonomi berkembang dan dari wilayah selatan. “Semangat Global South saya kira akan menjadi sesuatu kekuatan baru membangun solidaritas dengan negara- negara yang ada di BRICS,” ujar Yon.

Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, juga memiliki pendapat serupa. Dia bahkan menyebut Indonesia akan punya kekuatan lebih di organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

“Akan adanya dukungan psikologis, seandainya RI memiliki prakarsa mereformasi PBB,” kata Rezasyah. Selama setahun terakhir, Indonesia kerap mengkritik Dewan Keamanan PBB karena dianggap gagal menjaga perdamaian dan stabilitas menyusul agresi Israel di Palestina.

Tak hanya bakal mentereng di PBB, Rezasyah memandang jika bergabung dengan BRICS, Indonesia akan lebih muda bekerja sama dengan negara lain. “Percepatan dalam mengisi unsur kerjasama strategis yang selama ini tertunda,” ungkap dia. Kerja sama strategis yang selama ini tertunda di antaranya kerja sama bidang luar angkasa (aerospace) antara RI dengan Tiongkok-Rusia.

Di bidang lain, pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia Sya’roni Rofii menggarisbawahi “keuntungan” Indonesia dari sisi ekonomi. “Apalagi saat organisasi ini berdiri, para inisiator tengah mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat,” ungkap dia. Sya’roni lalu berujar, “Keuntungannya sudah pasti adalah akses investasi dan pasar.” (cnnind,tb)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini