SEMARANG– Pemprov Jateng bersama Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) akan melakukan optimalisasi pengelolaan potensi kawasan hutan di wilayah Jawa Tengah.
Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi mengatakan, potensi kehutanan di wilayahnya cukup besar. Saat bertemu dengan Menteri LHK beberapa waktu lalu, dia sempat melakukan pembahasan mengenai pengembangan potensi kawasan hutan di wilayahnya.
“Potensi Jawa Tengah itu ada beberapa komoditas, terutama kayu sama getah (pinus), itu yang nanti akan dimaksimalkan,” kata Luthfi, seusai menerima Kepala Perum Perhutani Regional Jateng di kantornya, kemarin.
Optimalisasi yang bisa dilakukan mulai dari pembibitan, penanaman kembali, regenerasi pohon berkomoditas tinggi, dan sebagainya. “Nanti akan ada kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, untuk bersama-sama mengembangkan kawasan hutan,” ujar Gubernur.
Pihaknya juga akan melakukan pengembangan bibit pohon aren. Rencananya, akan ditanam di sepanjang bantaran sungai, dengan melibatkan masyarakat sekitar, agar ikut memanfaatkan pohon aren tersebut.
Potensi Wisata
Kepala Perum Perhutani Regional Jawa Tengah, Asep Dedi Mulyadi mengatakan, potensi kawasan hutan di Jateng dinilai luar biasa, mulai dari kayu hingga keindahan alamnya yang bisa dikembangkan jadi obyek pariwisata.
“Produk utama kita masih kayu, kemudian penopang kedua adalah hasil nonkayu, termasuk tadi yang disampaikan oleh Pak Gubernur terkait dengan pinus. Kita penghasil getah pinus terbesar di Perum Perhutani,” terangnya.
Dijelaskannya, saat ini Perum Perhutani Regional Jawa Tengah mengelola sekitar 400 ribu hektare perhutanan sosial, dari sebelumnya sekitar 600 ribu hektare. Pengurangan tersebut karena ada pengambilalihan sekitar 200 ribuan hektare, sebagai upaya penataan kawasan hutan.
“Itu ada izin khusus dari kementerian yang bisa dikelola, dan membuka akses untuk kelompok masyarakat sekitar,” jelas Asep. Maka dari itu, ke depan, kerja sama antara Pemprov Jateng dengan Perum Perhutani sangat penting. Pengelolaan hutan harus dilakukan bersama, mengingat potensinya yang sangat besar.
“Tentunya ada hal lain yang berpeluang dikerjasamakan. Selain bibit tanaman dan pohon, juga ada pengembangan wisata alam. Tentunya itu ada syarat dan ketentuan berlaku,” ungkapnya. (tb)