Nasional
Home » BMKG dan Tani Merdeka Indonesia Luncurkan “Cuaca Tani”, Platform Digital Bantu Petani Hadapi Iklim Ekstrem

BMKG dan Tani Merdeka Indonesia Luncurkan “Cuaca Tani”, Platform Digital Bantu Petani Hadapi Iklim Ekstrem

PLATFORM CUACA TANI: Direktur Meteorologi Publik BMKG, Dr Andri Ramdhani, MSi (berkemeja putih), bersama pengurus DPN Tani Merdeka Indonesia saat membahas pengembangan platform digital “Cuaca Tani” di Jakarta, Selasa (7/10). Kolaborasi ini bertujuan membantu petani menghadapi perubahan iklim melalui informasi cuaca berbasis teknologi. (Foto: Ist)

NEWSREAL.ID, JAKARTA- Petani di Jawa Barat kini punya “senjata baru” menghadapi cuaca yang makin tak menentu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Tani Merdeka Indonesia menggagas platform digital “Cuaca Tani”, sistem pertanian berbasis cuaca dan iklim pertama yang menyajikan informasi real-time hingga tingkat desa.

Baca : Tani Merdeka Diminta Jadi Garda Terdepan Perjuangkan Kesejahteraan Petani

Platform tersebut bertujuan memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim, sebuah sistem pertanian cerdas berbasis cuaca dan iklim atau Weather and Climate-Smart Agriculture.

Program ini diawali sebagai proyek percontohan di Jawa Barat, wilayah yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Melalui platform digital “Cuaca Tani”, petani dapat mengakses prakiraan cuaca dari BMKG secara langsung dan mengetahui dampaknya terhadap aktivitas pertanian mereka.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Dr Andri Ramdhani, MSi menjelaskan, bahwa kolaborasi ini bukan sekadar penyampaian informasi cuaca, tetapi juga panduan pengambilan keputusan bagi petani.

Komisi I DPR dan MUI Desak Pemerintah Tolak Atlet Israel di Kejuaraan Dunia Senam

“BMKG tidak hanya menyampaikan prakiraan hujan, tetapi juga menganalisis dampaknya terhadap sektor pangan. Dengan begitu, petani dan instansi terkait bisa mengambil langkah antisipatif,” ujarnya dalam pertemuan dengan pengurus DPN Tani Merdeka Indonesia, Selasa (7/10).

BMKG juga tengah mengembangkan konsep Impact-Based Forecasting (IBF), sistem prakiraan yang tidak hanya memprediksi cuaca, melainkan juga menganalisis potensi dampaknya terhadap pertanian, pangan, dan ekonomi masyarakat.

Baca : BMKG Peringatkan Potensi Banjir Pesisir

Melalui sistem ini, petani akan memperoleh rekomendasi waktu tanam, potensi curah hujan, hingga risiko iklim secara digital dan mudah diakses. Saat ini BMKG memiliki 38 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di seluruh Indonesia yang siap mendukung sosialisasi, pelatihan, dan penyebarluasan informasi cuaca bersama Tani Merdeka Indonesia.

Model Nasional

Wamentan Ajak Pesantren Jadi Motor Ketahanan Pangan Nasional

Hasil dari proyek percontohan ini diharapkan menjadi model nasional bagi sistem pertanian adaptif terhadap perubahan iklim. Langkah tersebut juga sejalan dengan pendekatan FAO (Food and Agriculture Organization) yang mendorong sistem pertanian berbasis sains dan berkelanjutan.

Munip Ariyadi, Wakil Ketua Bidang Sarana, Prasarana, dan Investasi DPN Tani Merdeka Indonesia menilai, kerja sama ini akan membantu petani meminimalkan risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem.

“Banyak petani rugi karena salah menentukan waktu tanam. Kami ingin petani Indonesia menjadi cerdas cuaca dan iklim, agar mampu mengantisipasi risiko gagal panen serta meningkatkan produktivitas,” jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Tani Merdeka Indonesia juga mengusulkan pembentukan Sekolah Pangan Cuaca dan Iklim untuk melatih petani milenial dan pemuda desa. Program ini akan melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Desa PDTT, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Dengan dukungan lintas kementerian, kita bisa melahirkan petani cerdas yang mampu mengambil keputusan berbasis data. Hasil pertanian pun bisa lebih terukur dan berkelanjutan,” ujar Munip.

Polda Jatim Pastikan Proses Hukum Ambruknya Ponpes Al Khoziny Berlanjut

BMKG dan Tani Merdeka Indonesia menegaskan komitmennya memperkuat peran petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional melalui inovasi teknologi, sains, dan digitalisasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim. (ct)

Berita Populer

01

Polda Jateng Identifikasi 11 Ormas yang Diduga Terafiliasi Premanisme

02

10 Hewan Paling Imut, Lucu dan Menggemaskan

03

Empat Tahun Menggantung, 1.411 Guru Lulus PPPK di Jateng Masih Tanpa Kepastian

04

Prabowo Tetapkan 18 Agustus 2025 Sebagai Libur Tambahan

05

PBSI Rombak Total Ganda Putri, Target Tembus Kasta Elite Dunia

Berita Terbaru




Kategori