NEWSREAL.ID, JAKARTA- Petani di Jawa Barat kini punya “senjata baru” menghadapi cuaca yang makin tak menentu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bersama Tani Merdeka Indonesia menggagas platform digital “Cuaca Tani”, sistem pertanian berbasis cuaca dan iklim pertama yang menyajikan informasi real-time hingga tingkat desa.
Baca : Tani Merdeka Diminta Jadi Garda Terdepan Perjuangkan Kesejahteraan Petani
Platform tersebut bertujuan memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim, sebuah sistem pertanian cerdas berbasis cuaca dan iklim atau Weather and Climate-Smart Agriculture.
Program ini diawali sebagai proyek percontohan di Jawa Barat, wilayah yang dikenal sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Melalui platform digital “Cuaca Tani”, petani dapat mengakses prakiraan cuaca dari BMKG secara langsung dan mengetahui dampaknya terhadap aktivitas pertanian mereka.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Dr Andri Ramdhani, MSi menjelaskan, bahwa kolaborasi ini bukan sekadar penyampaian informasi cuaca, tetapi juga panduan pengambilan keputusan bagi petani.
“BMKG tidak hanya menyampaikan prakiraan hujan, tetapi juga menganalisis dampaknya terhadap sektor pangan. Dengan begitu, petani dan instansi terkait bisa mengambil langkah antisipatif,” ujarnya dalam pertemuan dengan pengurus DPN Tani Merdeka Indonesia, Selasa (7/10).
BMKG juga tengah mengembangkan konsep Impact-Based Forecasting (IBF), sistem prakiraan yang tidak hanya memprediksi cuaca, melainkan juga menganalisis potensi dampaknya terhadap pertanian, pangan, dan ekonomi masyarakat.
Baca : BMKG Peringatkan Potensi Banjir Pesisir
Melalui sistem ini, petani akan memperoleh rekomendasi waktu tanam, potensi curah hujan, hingga risiko iklim secara digital dan mudah diakses. Saat ini BMKG memiliki 38 Unit Pelaksana Teknis (UPT) di seluruh Indonesia yang siap mendukung sosialisasi, pelatihan, dan penyebarluasan informasi cuaca bersama Tani Merdeka Indonesia.
Model Nasional
Hasil dari proyek percontohan ini diharapkan menjadi model nasional bagi sistem pertanian adaptif terhadap perubahan iklim. Langkah tersebut juga sejalan dengan pendekatan FAO (Food and Agriculture Organization) yang mendorong sistem pertanian berbasis sains dan berkelanjutan.
Munip Ariyadi, Wakil Ketua Bidang Sarana, Prasarana, dan Investasi DPN Tani Merdeka Indonesia menilai, kerja sama ini akan membantu petani meminimalkan risiko gagal panen akibat cuaca ekstrem.
“Banyak petani rugi karena salah menentukan waktu tanam. Kami ingin petani Indonesia menjadi cerdas cuaca dan iklim, agar mampu mengantisipasi risiko gagal panen serta meningkatkan produktivitas,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Tani Merdeka Indonesia juga mengusulkan pembentukan Sekolah Pangan Cuaca dan Iklim untuk melatih petani milenial dan pemuda desa. Program ini akan melibatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Desa PDTT, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
“Dengan dukungan lintas kementerian, kita bisa melahirkan petani cerdas yang mampu mengambil keputusan berbasis data. Hasil pertanian pun bisa lebih terukur dan berkelanjutan,” ujar Munip.
BMKG dan Tani Merdeka Indonesia menegaskan komitmennya memperkuat peran petani sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional melalui inovasi teknologi, sains, dan digitalisasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim. (ct)