NEWSREAL.ID, JAKARTA- Isu kehadiran atlet Israel di ajang World Artistic Gymnastics Championships 2025 yang bakal digelar di Jakarta bikin panas suasana. Komisi I DPR RI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) kompak mendesak pemerintah bersikap tegas: jangan kasih izin, jangan kebobolan lagi!
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Sukamta menilai, izin bertanding bagi atlet Israel bukan cuma soal teknis olahraga, tapi juga menyangkut moral dan arah politik luar negeri Indonesia yang sudah jelas menolak segala bentuk penjajahan.
“Pemerintah harus menunjukkan sikap politik luar negeri yang bebas aktif, berpihak pada kemanusiaan, dan sesuai amanat konstitusi. Jangan sampai kita kebobolan lagi,” tegas Sukamta di Jakarta, Rabu (8/10).
Politisi PKS itu mengingatkan, sejak awal kemerdekaan Indonesia sudah punya rekam jejak tegas soal Israel. Tahun 1958, Indonesia rela mundur dari kualifikasi Piala Dunia agar tak perlu melawan Israel. Begitu juga di Asian Games 1962, saat Indonesia menolak memberikan visa bagi delegasi Israel dan Taiwan.
Kemerdekaan Palestina
“Dari dulu sampai sekarang posisi kita konsisten: menolak penjajahan dan mendukung kemerdekaan Palestina. Pemerintah harus hati-hati agar tidak terlihat melunak terhadap Israel,” katanya lagi.
Sukamta juga menyoroti situasi di Gaza yang semakin memprihatinkan. Berdasarkan data United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UN OCHA), hingga 1 Oktober 2025, lebih dari 66 ribu warga Palestina tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak.
“Dalam situasi genosida seperti ini, tidak pantas Indonesia menggelar kompetisi yang mengundang atlet Israel. Dunia bisa menilai kita tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat Palestina,” ucapnya.
Nada serupa datang dari Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim. Ia menegaskan, pemerintah tak boleh memberi ruang bagi atlet Israel tampil di Jakarta.
“Sepanjang Palestina masih dijajah, pemihakan kita tidak boleh berubah. Ini amanat konstitusi,” ujar Sudarnoto lewat situs resmi MUI.
Ia juga mengingatkan, jangan sampai kasus Piala Dunia U-20 terulang lagi, saat Indonesia batal jadi tuan rumah karena menolak kehadiran timnas Israel. Menurutnya, keputusan mengundang atlet Israel justru bisa merusak citra diplomasi Indonesia yang selama ini vokal membela Palestina.
“Pemerintah harus fokus dan hati-hati. Jangan sampai energi kita habis untuk urusan seperti ini yang justru menimbulkan kontroversi dan kemarahan publik,” tegasnya.
Tanggapan Menlu
Menanggapi isu ini, Menteri Luar Negeri Sugiono menyebut pihaknya sudah memantau situasi tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa penyelenggaraan kompetisi ini berada di bawah tanggung jawab Persatuan Senam Indonesia (Persani).
“Saya monitor, tapi yang menyelenggarakan kan Persani. Kita lihat perkembangannya seperti apa,” kata Sugiono di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Sugiono juga menjelaskan, urusan izin masuk atlet asing berada di bawah wewenang pihak imigrasi, bukan Kementerian Luar Negeri.
Sebagai informasi, ajang 53rd Artistic Gymnastics World Championships Jakarta 2025 bakal digelar pada 19-25 Oktober 2025. Sekitar 500 atlet dari 78 negara dijadwalkan berpartisipasi. Federasi Senam Israel pun telah mengonfirmasi bahwa mereka sudah mendaftar dan berkoordinasi langsung dengan pihak penyelenggara.
“Kami yakin pertimbangan eksternal tidak akan memengaruhi olahraga ini,” kata juru bicara Federasi Senam Israel kepada media JNS, Juli lalu.
Bagi sebagian pihak, partisipasi Israel di ajang olahraga internasional bisa dianggap hal biasa. Tapi bagi Indonesia yang sejak awal berdiri menolak penjajahan, isu ini bukan sekadar soal kompetisi, melainkan tentang prinsip.
Dan seperti kata Sukamta, “Dukungan Indonesia untuk Palestina bukan simbol politik. Itu jati diri bangsa.” (tb)