lahire-semar

SOLO,newsreal.idPakeliran wayang kulit gaya Tegal hadir di pendapa ageng Taman Budaya Jawa Tengah Surakarta(TBS), Kamis malam lalu. Pagelaran yang rutin diadakan TBS sebagai lembaga pengembangan Seni Jawa Tengah itu mengusung lakon Lahire Semar yang disajikan dalang sepuh Ki Gunawan Suati dari Kabupaten Tegal. Hampir seluruh sajian
gaya Tegal disajikan secara utuh. Sulukan, dialog atau antawacana berbahasa Tegal maupun iringan karawitannya. Hadirnya pakeliran gaya Tegal memang membuat suasama pendapa tampak beda. Banyak penonton yang merasa asing dengan pakeliran gaya Tegal tampil di Solo. Biasa, memang pergelaran wayang kulit semalam suntuk Jumat Kliwon di TBS, selalu tersaji gaya Solo.

Meski dalangnya berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, namun jarang yang menyajikan
garapan atau gaya daerah asal mereka.
”Kami sebenarnya berkeinginan agar ada variasai sajian dari berbagai gaya pageliran dari berbagai daerah seperti banyumasan, pesisiran maupun gaya tegalan. Sudah banyak dalang dari daerah begitu tampil di
TBS, mereka garap gaya Solo,” kata Kepala Seksi Pameran TBS, Suparman.

Bagi penonton pandemen pergelaran wayang kulit di TBS, sajian gaya tegalan yang ditampilkan Ki Gunawan Suati merupakan wawasan baru. Namun tampaknya mereka juga merasa kurang tertarik ketika tampilannya
jauh berbeda dengan gaya Solo yang cukup dinamis. Gaya Solo yang selalu hadir dengan perpaduan sulukan, sabet serta dialog atau antawacana yang digarap dalam format seimbang, maupun sastra terasa komplit sebagai bentuk teater tradisional.
”Memang gaya tegalan lebih condong menguatkan pada konten ceriteranya atau lebih pada bentuk dongengan. Sabet atau permainan anak wayang tidak begitu banyak disajikan,” kata Sri Waluyo, seniman asal Tegal yang ikut membantu pergelaran malam itu.
Dia menyebut gaya tegalan memang banyak dipengaruhi gaya daerah sekitarnya, termasuk Sunda. Sulukan lebih banyak ditembangkan bersana wiraswara, demikian juga dialog-dialog yang hadir juga dilantunkan
dalam bentuk tembang. ”Seperti karawitan seperti musik iringan wayang golek yang lebih kuat dikenal kesenian Sunda. Di Tegal sendiri juga berkembang wayang golek gaya Tegal,” imbuh seniman yang mengembangkan kelompok wayang golek Tegal di Solo.

Meski menjadi bentuk sajian baru bagi penggemar wayang kulit Jumat kliwonan TBS, pakeliran itu tidak banyak menarik minat mereka. Belum setengah sajian, penonton lebih dulu beranjak meninggalkan pendapa.

”Entah karena tampil di bulan puasa atau kurang tertarik, penonton malam ini memang tergolong sepi,” kata Suparman.(Sri Wahjoedi) 

Tinggalkan Pesan