wayang digi-virtual2
MENCERMATI SAJIAN : Gusti Moeng mencermati sajian Ki Anang Sarwanto saat beraksi dalam acara pentas wayang digi-virtual ''Dalang Tiga Negara'' yang digelar di rumah makan Bali Ndeso, Desa Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar Sabtu malam (22/8) itu. (newsreal.id/Won Poerwono)

KARANGANYAR, newsreal.id– Dari pendapa joglo sebuah rumah makan milik seorang eks pesinden, Nyi Endang Sedep di Desa Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, ”Pergelaran Wayang Kulit Digi-Virtual; Dalang Tiga Negara” disiarkan.

Di pentas wayang yang diiringi musik eksperiman gabungan antara instrumen band dengan sebagian gamelan, malam Minggu (22/8) itu, Gusti Moeng selaku Ketua Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Mataram Surakarta sekaligus Sekjen FKIKN, diminta untuk mengomentari atau ”menilai”.

”Acara ini merupakan bentuk kreativitas di saat pandemi Corona. Kesenian tradisi wayang kulit masih bisa ditampilkan. Banyak warga dari berbagai negara ikut menyaksikan. Mudah-mudahan upaya seperti ini tidak mengurangi semangat. Tetapi justru bagian dari perjuangan untuk tetap eksis, di tengah upaya pemerintah dan semua elemen mengatasi Covid 19”.

”Khusus mengenai sajian wayangnya. Ini merupakan kreativitas bentuk pentas yang memanfaatkan teknologi. Sekaligus kreativitas menggarap wayang, yang diharapkan (pesannya) lebih mudah bisa sampai (dipahami) para penonton dari berbagai negara itu. Sekali lagi, saya ucapkan selamat. Kita semua berdoa, mudah-mudahan virus Corona secepatnya bisa diatasi,” jelas Gusti Moeng yang nama lengkanya tertulis GKR Wandansari Koes Moertiyah, di bawah foto diri bersama foto para tokoh lain di bigdrop panggung pentas digi-virtual.

Penjelasan di atas, selain disampaikan saat diberi kesempatan untuk memberi sambutan, juga diberikan saat menjawab pertanyaan newsreal.id, seusai menyaksikan seluruh rangkaian acaranya. Pentas wayang digi-virtual yang melibatkan banyak tokoh lintas daerah bahkan lintas negara di rumah makan ”Bali Ndeso”itu, dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir pukul 22.30 WIB.

Bagus Saat Terhimpit

Gusti Moeng saat memenuhi permintaan panitia untuk ”menilai” materi pementasannya, tampak normatif sebagai bentuk sikap bijak seorang tokoh masyarakat adat yang tahu banyak seni pakeliran wayang kulit, mengingat koleksi wayang apapun terutama ”gaya Surakarta”, bersumber dari Keraton Mataram Surakarta. Namun, keragu-raguan ketika mengucapkan penilaiannya itu, tentu karena punya catatan tersendiri yang tidak perlu diungkap di depan publik.

Meski begitu, pentas wayang digi-virtual Dalang Tiga Negara yang kali pertama ada diinisiasi di Tanah Air ini, secara umum menjadi prestasi sekaligus kreativitas dan inovasi yang patut diapresiasi. Sebab, aktivitas itu menjadi bukti bahwa kegiatan berkesenian di Tanah Air masih bisa dilakukan, bahkan tergolong bagus di saat terhimpit pandemi Corrona.

Pentas itu menyuguhkan lakon ”Semar (m)Bangun Jagat”, yang menjadi bagian dari isi materi bahasan Founder CI-EL Academy/MarkPlus Institute, Hermawan Kertajaya. Di situ, pembicara ini memperkenalkan pendekatan Creativity, Innovation, Enterpeneurship dan Leadership (CI-EL), sebagai bentuk adaptasi dari Productivity, Improvement, Professionality dan Monitoring (PIPM) yang sulit dilakukan akibat pandemi Corona.

wayang digi-virtual3
DIMINTA ”MENILAI” : Gusti Moeng saat mendapat kesempatan memberi sambutan di acara pentas wayang digi-virtual Dalang Tiga Negara di rumah makan, Bali Ndeso, Desa Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar. Ketua LDA itu diminta ”menilai” gaya pementasan wayang, Sabtu malam (22/8) itu.(newsreal.id/Won Poerwono)

”Jadi, kreativitas dan inovasi sangat mutlak diperlukan dalam situasi pandemi Corona seperti sekarang ini. Itu menjadi rumus kerja untuk mengatasi PIPM, yang masih sulit dilakukan. Semoga, kita tetap eksis dan produktif serta mendatangkan nilai-nilai baru dalam situasi ini,” harap Hermawan mengakhiri pembicaraannya yang disiarkan streaming dari Jogja, seraya menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat, termasuk Gusti Moeng.

Presiden tak Bicara

Selain Bupati Karanganyar Yuliatmono mengawali dengan sambutannya selaku tuan rumah, diteruskan dengan dua tokoh itu, Sekda Provinsi DIY Kadarman Baskara Aji juga memberi sambutan mewakili Sri Sultan HB X yang berhalangan tampil. Foto Presiden Jokowi juga dipasang di bigdrop bersama sejumlah tokoh yang terlibat acara itu, tetapi tak terdengar memberi sambutan sampai seluruh acara berakhir.

Dalam layar monitor yang dihadirkan di ruang pentas, tampak banyak sekali tokoh yang ditampilkan secara streaming dari berbagai tempat, bahkan lintas negara. Termasuk dalang Nyi Cecile Hurbault yang beraksi dari tempat tinggalnya di Perancis, Ki Mattew Issac Cohen yang menampilkan tokoh ”Mang Cepot” ala wayang Sunda dari USA.

Dalang dari negara ketiga adalah Prof Dr Joko Susilo, yang beraksi dari kediamannya di sebuah kota di New Zaeland. Pentas ini menjadi ”Dalang Empat Negara” karena, di rumah makan Bali Ndeso tempat menyiarkan secara streaming acara itu, sudah mendahului beraksi membuka pentas atau ”bedhol kayon” yang dilakukan Ki Anang Sarwanto.

Serahkan Tokoh Arjuna

Sebelum meninggalkan acara, Bupati Yuliatmono diminta menyerahkan tokoh wayang masing-masing gunungan/kayon kepada Ki Anang Sarwanto. Setelah Gusti Moenyerahkan tokoh Arjuna, pentas wayang ”eksperimen kontemporer” itu dimulai dan disebarluaskan secara zoom streaming melalui YouTube dan Instagram.

Selesainya acara inti pentas wayang Dalang Tiga Negara ditandai dengan tancep kayon oleh Ki Anang Sarwanto. Dan acara lanjutan yang menarik, adalah penyerahan kekancingan gelar kekerabatan yang diserahkan Gusti Moeng kepada 11 tokoh, di antaranya empat dalang, pemilik rumah makan dan perancang busana yang ditampilkan di sesi fashion show.

Tak hanya Gusti Moeng yang memberi, tetapi panitia (GM Production) dan para sponsorpun ganti memberi bingkisan, yang antara lain diterima pejabat yang mewakili Menlu Retno Marsudi selain Gusti Moeng. (Won)

Tinggalkan Pesan