tps-kolonial-kerjaan-joho

SOLO,newsreal.id-Berbagai hal unik dilakukan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) untuk menarik warga menggunakan hak suaranya pada Pemilu 2019. Seperti di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 27, Kampung Joho, RT 7/RW 10, Manahan, Banjarsari, Solo.
Menggunakan konsep tempo dulu, dengan busana kolonial dan kerajaan, KPPS setempat membuat hal unik agar masyarakat tertarik datang ke TPS mencoblos pilihannya. Selain itu pemilihan tema juga sebagai bentuk mengingat sejarah yang terjadi di Indonesia.
“Konsep tempo dulu ini merupakan hasil diskusi KPPS bersama warga. Kampung Joho yang dikenal sebagai kampung kreatif di Kota Bengawan ikut menyemarakkan Pemilu yang damai dan aman. Pemilihan tema itu juga sebagai pengingat sejarah terhadap perkembangan negara Indonesia dalam politik yang ada,” ungkap Ketua RT 7/ RW 10, Adian Sakti Kusumo di temui di kampung setempat, Rabu (17/4).

Menurutnya, semangat guyub rukun dan persatuan antar warga ditunjukkan pada penyelenggaraan Pemilu kali ini . Indonesia merupakan bangsa yang besar dan beranekaragam budaya dan latar belakang. Sehingga, walau pemilu identik dengan dua pasangan calon pemimpin berbeda, hal itu bukan berarti untuk saling menjelekkan.
“Guyub rukun di kampung ini yang ingin kami tonjolkan. Selama kampanye memang tidak ada bendera partai atau Alat Peraga Kampanye (APK) yang terpasang di kampung kami. Pilihan warga menjadi rahasia mereka namun persatuan yang harus tetap dijaga,” kata dia.

Persiapan dan konsep dilakukan selama tiga bulan. Tak hanya berbusana kolonial dan kerjaan, makanan tradisional seperti jamu, jenang, jajanan pasar serta minuman dawet diberikan secara gratis kepada pemilih yang datang ke TPS 27.

Ketua KPPS TPS 27, Ipung Kurniawan Yulianto menerangkan, jumlah DPT di TPS setempat berjumlah 246. Pemilu 2019 ini pihaknya berharap partisipasi masyarakat dapat mencapai 80 persen. Sehingga harus lebih tinggi dari Pilpres 2014 dan Pilgub 2018.
“Kami berharap peningkatan partisipasi warga di kampung Joho lebih tinggi dari pilpres dan Pilgub. Kami juga melakukan upacara pedang pora dan Ngider Projo untuk menggugah masyarakat datang ke TPS menggunakan hak suaranya. Sehingga guyub rukun ini kami pelihara walau setiap warga memiliki perbedaan pilihan, ” kata Ipung.

Salah seorang warga setempat, Emi Suhaemi menerangkan, konsep di kampung Joho berbeda dari TPS yang dia temui. Maka dari itu konsep dan tema unik menjadi strategi baik untuk mencapai partisipasi masyarakat terhadap pemilu 2019.
“Konsep tempo dulu ini mengingatkan kami terhadap perjuangan pahlawan yang mempersatukan bangsa indonesia. Maka dari itu hal ini menjadi daya tarik masyarakat untuk mencoblos dan tidak golput serta menyatukan bangsa dimulai dari lingkungan kampung” ungkap dia. (Ilham Baktora)

Tinggalkan Pesan