bnpt_ultah_2023

JAKARTA,newsreal.id – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) Komjen Pol Prof Dr H Rycko Amelza Dahniel, MSi menegaskan, arus informasi yang masuk melalui internet kini sudah tidak dapat dibendung lagi.

Salah satu ekses negatifnya adalah banjirnya pesan bermuatan ideologis yang dapat memberi pengaruh kontraproduktif terutama kepada generasi muda.

“Sekarang sudah tidak bisa dibendung lagi berbagai informasi yang masuk ke seluruh lapisan masyarakat, baik secara langsung, secara offline, maupun online. Ideologi ini masuk, karena sekarang sel-sel yang membangun ideologi kekerasan bukan hanya dengan kegiatan terbuka,” kata Kepala BNPT RI, Minggu (16/7/2023).

Baca : Dukung Andika Cawapres, 85 Ranting KGN Siap Kumpulkan Satu Juta Tanda Tangan

Pada usia ke 13 BNPT ini, Kepala BNPT RI menginstruksikan agar seluruh jajaran BNPT untuk melanjutkan kampanye kontraradikaliasasi online yang sejauh ini terus diperkuat guna membangun kedamaian di ruang digital.

Seluruh jajaran BNPT diminta terus kreatif, terus masif untuk membangun public awareness baik secara offline turun ke lapangan maupun online sehingga Indonesia yang harmoni dapat terwujud.

“Gunakan berbagai macam platform digital untuk membangun kesadaran publik agar menolak apapun itu ideologinya, yang mengajarkan tentang kekerasan, yang mengajarkan tidak bisa menerima perbedaan, yang mengajarkan untuk membenci sesama ke kelompok, apalagi membenci pemerintah, menentang ideologi kita,” jelas jenderal bintang tiga ini.

Baca : Syafrudin Budiman SIP dan Diah Warih Selaku Dewan Tinggi FABEM, Harapkan FABEM Kawal Perjuangan Reformasi 98

Tantangan Nyata

Dikatakan, seluruh elemen bangsa termasuk generasi muda Indonesia harus terus memperkokoh ketahanan dari paparan radikalisme demi mencapai visi Indonesia Emas 2045. Ketahanan generasi muda merupakan salah satu pilar utama dalam membangun masa depan yang kuat bagi Indonesia.

Salah satu tantangan nyata yang dihadapi generasi muda saat ini adalah godaan untuk bersimpati terhadap gerakan radikal dan ekstrem lewat janji emansipasi palsu yang berseliweran di internet.

Baca : Ulang Tahun ke-119, Begini Kisah Hidup Orang Tertua Di Dunia

Diungkapkan, hasil penelitian dalam laporan I-KHub BNPT Counter Terrorism and Violent Extremism Outlook tahun 2023 juga mengonfirmasi kerentanan generasi muda Indonesia. Interaksi online yang belakangan menjadi tren arus utama, terutama pada masa pandemi COVID-19, dimanfaatkan oleh kelompok ekstremis untuk melakukan radikalisasi online.

Baca : Diwa Foundation Ajak Manajemen Perusahaan Wong Solo Group Tingkatkan Investasi di IKN

“Tiga tahun masa pandemi kita lebih banyak menggunakan interaksi sosial online. Ternyata ini dimanfaatkan dengan menggunakan radikalisasi online yang disebut dengan online radicalization. Dari online radicalization ini kelompok paling banyak meningkat terpaparnya adalah pemuda, perempuan dan anak-anak,” kata Rycko.

Oleh karena itu, dia mengatakan penting bagi pihak yang berkepentingan untuk membangun public awareness atau kesadaran publik. Publik yang sadar dengan sendirinya tidak akan gampang terjerat janji-janji surgawi yang ditawarkan kelompok radikal ekstrem.

“Sehebat apapun mereka mengajarkan ideologi kekerasan, kalau masyarakat menolak, enggak akan ada gunanya,” katanya. (red, bun)

Baca : Politikus PAN Syafrudin Budiman Gunakan Artificial Intelligence Sebagai Metode Sosialisasi dan Kampanye Efektif

Tinggalkan Pesan